Tuesday, November 28, 2006

mengenai kepulangan

Mungkin karena agak stress yang agak lumayan berlebih jadi suka banget pake status message “wanna be back to where I belong”. Mengesampingkan bahasa inggris karena bukan ahlinya, intinya ya pengen kembali..pulang … seperti kembalinya keris ke sarungnya (njalur gak sih analoginya), karena naturalnya keris akan kembali ke sarungnya dan semua akan ayem, to where we belong. Diharapkan disana semua keseimbangan akan tergapai, karena secara natural semua diciptakan seimbang. Ketidakseimbangan terjadi karena kita tidak kembali ke naturalnya. Naturalnya disuruh makan kok ndak makan gara2 kepikiran target pekerjaan, pertama, kedua sih nggak papa, tapi lama2 asam lambung tidak akan mentolerir lagi. Itu menurut paham saya

Akan halnya kembalinya saya sendiri, pengennya ya seperti itu juga.. benar-benar kembali kepada kodratNya. Kepada garis-garis yang telah dirumuskanNya sejak hari penciptaan. (Weiseh.. bahasa opo tho iki) yang sering kali saya langgar karena satu dan lain hal. Bahwasannya kalau sudah lelah ya berhentilah sejenak. Bahwasannya kalau pengen nangis ya nangis saja. Bahwasannya pengen mengaduh ya ‘DIA’ satu-satunya tempat paling sempurna untuk mengaduh. Datang dan kau akan merasakan ‘Rahman’ dan ‘Rahim’ – Nya. To where I belong tidak lagi sekedar pulang kampung seperti yang selalu saya dambakan untuk menyelesaikan semua masalah. Ternyata itu saja tidak cukup.. tapi jalannya itu yang mana ya ? masih proses mencari

Akan halnya kepulangan. Malam itu seperti biasa HP saya mogok berat setelah saya pepet2kan dengan banyak barang di tas. Nyampe rumah saya hidupkan dan kaget ada satu miscall dan 1 message, kadugnaren sekali pikir saya, wong biasanya HP saya ini sepi dari transaksi perponselan. Setelah saya buka.. terkejut saya mendengar kabar kalau salah satu teman seangkatan sudah dipangginNya, karena kecelakaan. MasyaAllah.. sungguh kalau DIA sudah berkehendak. Memang benar semua sudah dikehendaki, dan yang sudah dikehendaki tidak akan bisa dielakkan lagi. Tapi itu teman saya, dimana kami pernah walau tidak sering menghabiskan saat bersama. Melihat pemandangan yang sama, mengguyonkan joke-joke yang sama. Mengerjakan so’al ujianpun so’al yang sama. Bahkan saya masih ingat dia menggambar pohon yang akhirnya seperti perdu tomat… dan satu kelas ngempet menertawakan dia karena kita masih sama2 dalam masa perploncoan. Selamat jalan pak - saudaraku… semoga ini adalah kepulanganmu yang indah. To where U belong…..

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home