Friday, September 14, 2007

Jum'at saya mana ?

Wee… hari jum’at tho ternyata .. walah. Besok sabtu dunk. Pernyataan saya itu bukan karena nggak tahu bahwa hari ini hari jum’at. Sejak mulai jam kerja tadi juga sudah ngeh kalau hari ini tanggal 14, hari jum’at tapi ngehnya dihubungkan ke schedule pekerjaan, bahwasannya hari jum’at ini, saya harus eksekusi beberapa pekerjaan yang tiba-tiba saja nemplok kemarin sore. Bayangan bahwa setelah ini akan ada waktu nyantai pudar sudah setelah bos mempunyai ide baru dalam pengerjaan pekerjaan saya.. dieng…

Dari pagi memang saya sudah sadar kalau hari ini hari jum’at, tapi sekarang ini hari jum’at sudah kehilangan esensinya, kehilangan sense of kejum’atannya. Tapi ndak juga ding, masih ada sedikit tersisa esensinya, kalau biasanya hari jum’at itu euphoria – nya karena besoknya mau libur, setidaknya sekarang ada sedikit kegembiraan bahwa besok ada harapan untuk tidak lembur(nambah jam kerja ekstra), masih lumayan bagus tho ?

Menanggapi kebiasaan kerja yang menurut beberapa orang dahsyat itu… beberapa temen menganggap saya workaholic, padahal setelah bekerja disini, malah ada yang lebih-lebih. Salah satu teman pernah bilang “wis mbuh kowe kuwi” setelah sabtu2 sudah agak sore dia telpon dan ternyata saya masih nangkring di kantor, mungkin dia sudah speechless saja membayangkan kenangkringan saya itu. Sebenernya semua orang juga pengen nyantai, eh nggak ding .. saya nyantainya sejenak saja, terlalu pobia kemonotonan. Intinya bukannya saya sangat suka kebiasaan kerja yang senin-jum’at lembur, sabtu jam normal dan minggu bawa PR kerumah itu. Ini hanya masalah kewajiban dan tanggungjawab. Sudah digaji mosok nyantai ? sudah terima lebih mosok kerjaan nggak beres diem aja ?. ya kalau memang diperlukan mau gimane lagi ?. tapi ya itu tadi efeksampingnya, saya jadi kehilangan hari jum’at. Duh… kalau sudah punya anak enakan buka warung dirumah saja lah…

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home