Monday, May 11, 2009

Tempoh hari tentang wayang

Waktunya adalah sekitaran kepulangan saya sebelum kepulangan saya yang terakhir, nah bingung membayangkan kan ?? ambil simple saja, bayangkan saya lagi di kampung waktu itu, ya memang saya lagi di kampung hehehe.. akan hal kenapa saya di kampung waktu itu ya ndak usah dijlentrehkan karena saya akan menjlentrehkan hal yang lain.

Waktu itu musim buwuhan di kampung, kenapa buwuhan entah itu mantu atau nyunatkan ada musimnya, ya karena orang jawa mempunyai ilmu yang sama dalam hal menentukan hari baik untuk ewuh. Nah karena fenomena ini, buwuhan itu jadi numpuk di beberapa bulan saja, dimana banyak orang jadi manyun karena pengeluaran ekstra yang harus dikeluarkan untuk meramaikan musim buwuhan ini.

Pada saat itu, bapak saya baru dateng dari buwuh ke rumah koleganya di sebrang desa, yang konon menanggap kesenian wayang untuk meramaikan bolehnya punya ewuh menyunatkan. Yakin diantara temen2 seumuran saya sudah tidak ngeh lagi tentang kesenian ini. Lah dateng-dateng bapak rerasan begini “orane.. aku kok bingung ngeliat wayang tadi itu, apa susunan wayang moderen itu sudah berubah ya ??” loh berubah gimana toh pikirku… beliau bilang lagi “lha seingatku dulu itu susunan bolehnya nancepkan wayang itu rak satrio (tokoh baik) semua dijajar di sebelah kanan dalang.. lha trus buto (tokoh jahat) dijajar berderet di sebelah kiri dalang. Lha tadi itu kok aneh, diujung2 buto semua, lha satrionya ditata nyempil sampe susah nemuinnya”.. hehe saya sendiri gak jelas bagaimana seharusnya susunan itu, apakah memang susunan itu ada pakemnya atau bapak saya sekedar lupa saja tentang susunan wayang yang bener. Waktu itu saya hanya asal jawab saja “lha mungkin susunan wayang itu ya untuk mengikuti jaman juga Pak.. trendnya sekarang bagaimana gitu”.

1 Comments:

At 8:57 AM , Anonymous agustri said...

bahasanya bagus,
apalagi yang jawa. aq kok malah lali kabeh.

salamm,

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home