Wednesday, July 09, 2008

Mbok jangan mupus

Lama juga absen nulis, jari ini sepertinya sudah tumpul untuk mengetik, eh bukan jari ini ding, otak ini sudah tumpul, ups.. tepatnya hati ini sudah tumpul untuk mengenal rasa.. no no no… itu hal paling mengerikan aku pikir. “Hahhh..!!! that woman ?? talking about sense ?? How come ?” someone might say that hihihi… whatever. Sense menulis tumpul ditandai dengan nulis baris pertama dari tulisan ini saya menghabiskan 10 menit hanya dengan menulis menghapus satu kata diganti lagi trus dihapus dua kata diganti trus akhirnya berhasil dihapus semua diganti kalimat berkali-kali, biyuh.. sekali lagi whatever.. diharapkan dengan munculnya tulisan pertama setalah sekian dekade ini memulai munculnya ‘roso’ itu lagi.
Perasaan itu juga yang mengilhami munculnya status messanger “All I’m asking is, let me dream again”. Percaya atau tidak saya ini manusia pemimpi, sejak kecil tanpa minta ijin dari emak saya, saya sudah memimpikan bahwa dunia ini bagai sebuah dandang (panci penanak nasi) dimana tutup dandang adalah langitnya, sampai suatu saat saya dengar bulik saya ngelesi seorang anak dan bilang bahwa bumi yang kita tinggali ini berbentuk bulat. Saya bahkan sempat cerita bahwa saya bermimpi menjadi pendekar sakti mandraguna ketika setiap kali main ke sungai naikin daun dadap dan membayangkan saya bisa melayang di air seperti pendekar di dongengan nenek waktu itu. Tapi akhir-akhir ini saya nggak bisa mimpi lagi, sudah ndak sempat… karena tanpa mimpi saja sudah dramatis bolehnya nyungsang njempalik, sudah tidak perlu dibuat lebih dramatis lagi. Tekanan dari kanan kiri atas bawah sudah memaksa orang sampai pada taraf mupus “yah biar saya matikan rasa saja biar tidak lebih tersiksa lagi”. saya ulangi lagi, saya jadi mengerti betul perasaan embah saya yang dulu jadi romusa itu.
Tapi ya lama-lama saya kangen lagi buat mimpi, sudah kulino jeh… tapi konsekwensinya berani mimpi itu ya berani sakit hati, dan setiap hari sakit hatinya. Jadilah kata-kata “All I’m asking is, let me dream again” itu, ini ditujukan lebih ke diri sendiri. Kurang lebih “mbok jangan ikut-ikut mupus”.

“I have to remind myself that some bird aren’t meant to be caged, their feathers are just too bright. . And when they fly away the part of you that knows it was a sin to lock them up does rejoice.” I want to be one of them.

6 Comments:

At 10:40 AM , Blogger Melissa Sue said...

I'm deeply symphatize with you. I don't if it is because we're working for Japan company (no matter what the name is, TMMIN is still part of Toyota), which is widely known for crazy workalholic...

 
At 10:23 AM , Blogger Pinkina said...

gak ngerti boso linggis aku mbak, mbok pake boso jowo saja kl posting :D

 
At 10:44 AM , Blogger sand said...

Mel :
I'll not say it is about the company. It's more about myself. Thanks for your sympathy and thanks for stoping by my blog.

Pink :
woo.. dudul. mahasiwa cap opo ngene iki, cap jempol sing sampo jaman dulu iku be'e.

 
At 9:39 PM , Blogger Jenny Oetomo said...

Lho Kok mutung, Salam

 
At 2:56 PM , Blogger darwinfamily said...

hehehe telat comment but its ok...

ret, viving kakehan mangan sawo karo terasi....hehehe....
lek bendino mangan roti mesti luweh jago bahasa linggis e...hehehe..
pissss....

 
At 9:51 AM , Blogger sand said...

Pak Oet : salam kenal. terimakasih dah mampir
Bu Lyst : iyo i.. lah aku malah gak doyan roti doyane telo n tahu tempe ki bu.. walah, no hope.. no hope tenan jan.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home