Monday, September 05, 2005

tentang pagi

Duapuluh tahun yang lalu, pagi adalah rumput hijau, titik embun diujung kaki, gemericik air sungai kecil pinggir sawah, ujung sepatu adikku yang sedang digendong bapak yang berjalan tepat didepanku, dan nyanyian "kupu gajah" yang melantun sepanjang pinggiran jalan kereta api. Pagi adalah duduk dipinggir kali, dibawah payung ditengah gerimis yang dingin, menunggui nenekku mencari ikan sambil merangkai bunga-bunga yang indah. Pagi adalah berjalan menyusuri pinggiran jalan kereta api bersama teman-teman, memandangi matahari yang kadang masih berwarna merah, sedikit rasa kesal karena terlebih dulu harus eyel2an dengan emak yang memaksa untuk sarapan walaupun teman-teman sudang menunggu lebih dari setengah jam.

Beberapa tahun kemudian pagi adalah berjalan setengah berlari mengejar gerbang sekolah, mengantar sapa dan seulas senyum kepada pak tukang becak untuk sekedar menghargai kesetiaannya hadir di setiap pagiku, menghabiskan berjam-jam pagi didepan komputer lab, atau berlarian di lapangan olahraga diselingi tawa riang.

Pagi berikutnya adalah berlari mengejar mikrolet pemberangkatan pertama karena harus hadir di kantor 2 jam lebih awal. bersendagurau dengan penumpang yang sama setiap pagi ibu tukang sayur, bapak tukang ikan, ibu penjual bakso yang kulakan bahan, dan bapak sopir mikrolet, ditengah jalan bapak cleaning service akan naik dan menemaniku berjalan menyusuri trotoal dari terminal ke kantor. Satu raut yang sama terlihat disana. Ketabahan dan kekuatan berjuang dalam hidup.

Pagi yang sekarang adalah pagi yang letih dikejar target, pagi yang merindukan pagi-pagi yang telah terlewat, dengan tetesan embun, gemericik air sungai kecil, matahari merah dan tawa riang diantara pematang. Tapi pagi yang ini menjadi pagi yang istmewa, karena semakin mendekatkanku kepadaMu. Semakin dalam mensyukuri sedikit waktu yang masih Kau berikan untuk kesendirianku, kesendirianku bersamaMu. Semakin syukurku Kau masih menyisihkan senyum untukku diantara letih. Semakin kuat aku melangkah menyadari betapa aku tidak sendiri.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home