Wednesday, July 13, 2005

Perjalanan hidup....

(july 1998)
Suatu saat, aku ingat kami bersama menangis di ruangan kosong, benar-benar kosong. kami hanya bunga-bunga rapuh yang dipaksa tegar demi hidup. kami tidak tau kemana akan melangkah waktu itu, angin campur debu begitu hebat bergolak diluar sana. kami sempat berfikir kenapa disaat kami mekar, harus terjadi angin ribut ini.
Kami pun coba menjulurkan satu kaki kami untuk mulai melangkah dan anginpun segera membawa kami, dan terus mengalirkan hidup kami.

(lepas '98)
Tempat aku berpijak tidak sebagus mereka, tetapi aku tau disinilah tempat terbaikku untuk mulai melangkah. Aku masih saja mengikuti angin itu, dan mulai faham kemana arahnya. Aku mulai memperbaiki percaya diri yang sudah tercompang-camping oleh badai dan mengumpulkan biji-biji hikmah hidup dalam kantong perbekalanku berharap suatu saat ini mampu menguatkanku.

(2004)
Kesempatan datang melambaikan jari-jarinya kearahku, aku melihat ke kantong perbekalanku, sudah cukup, semua sudah cukup untuk mengambil alih kendali hidupku, tapi ketakutan mulai membayang, kenapa aku tidak disini saja, ikut kemana arah angin membawaku, dan tidak ada satu bijipun yang akan berkurang dari kantong perbekalanku. Bagaimana kalau disana aku gagal, sementara semua hartaku telah aku pertaruhkan untuk perjalanan itu. Kemudian bisikan lain terdengar "kau akan tua dalam lingkaran angin ini", demi bisikan itu aku rela mempertaruhkan segalanya, segalanya. Aku mulai memegang kendali dengan gemetar aku putar arahnya meninggalkan putaran angin itu dan masuk ke putaran lain.

(lepas 2004)
Disini angin begitu kencang, tidak seperti putaran angin sebelumnya. Debu-debu membutakan penglihatan, arah angin tidak pernah bersahabat... oh, sungguh bisikan ketakutan itu benar adanya. Bagaimana jika aku gagal, 'ketakukan' akan mengejekku dengan segala kemenangannya. Tidak... tidak akan aku biarkan 'ketakutan' itu menang. Dengan memutuskan untuk disinipun 'ketakutan' sudah aku kalahkan, sekarang dia berusaha muncul dihadapanku dengan fatamorgana kemenangannya, bukan... dia tidak menang, dia sudah kalah sejak awal. Walaupun aku jatuh disini, dia tidak akan mampu memandang wajahku dengan seringai kemenangan, karena dia sudah kalah jauh sebelum ini.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home