Friday, July 21, 2006

Hujan

Hujan turun, hujan kiriman, atau mungkin udan salah mongso kata orang. Apanya yang salah ? yang jelas banyak orang bersyukur hujan datang hari ini, hari-hari sudah terlampau panas. Hujan.. seorang teman yang sekarang jauh suka saat-saat hujan, aku jadi selalu inget kalo hujan begini, gimana kabar pnjenengan sekarang ? eit.. ga terasa tgl 20 juli lagi... 7 th sudah. Eh iya.. hujan juga mengingatkan aku akan kebun melati si wati, bacaanku saktu SD dulu, setiap kali membaca bagian itu, pasti aku bayangin taman yang basah setelah tersiram air hujan. Hujan .. keindahannya adalah ketika tetesan air jatuh dari ujung daun di balik jendela itu, dan menimpa dedaunan lain. Saat-saat itu cuaca akan benar-benar kelihatan bening. Air-air sungai dibawah galeng (pematang) sawah jadi keruh.. dan bisa dibayangkan banyak wader yang berenang dibawahnya.

Beberapa hari yang lalu aku sempat ke sawah di kampung halaman, bukan pada hari hujan, sawah sama indahnya dengan hari hujan, tapi akan mengerikan kalau hujan-hujan kita masih di sawah. kemarau begini di kampungku angin sangat kencang dan membuat udara menjadi dingin… aku dan adikku penasaran waktu bapak bilang hari itu akan mengawinkan padi tentu dibantu emak. Mengawinkan padi ? dari dulu tidak ada pasangan kata itu di kamus bercocoktanam kami. Maka kami ikut ke sawah hari itu. Jarang-jarang satu keluarga utuh di sawah, entah kenapa aku merasa dari dulu bapak berusaha menjauhkan kami anak2nya dari sawah, hanya waktu-waktu tertentu kami boleh membantu beliau berdua di sawah.

Saat itu matahari mulai meninggi, tapi udara sama sekali tidak panas, mungkin karena angin yang cukup dingin. Tapi pekerjaanpun belum juga dimulai. Ini kali pertama bapak mengawinkan padi atas bimbingan penyuluh pertanian yang ditugaskan didesa kami. Bapak bilang “ini lho nduk yang dinakanan padi jantan.. nah yang lebih pendek itu padi betina, karena belum cukup mengeluarkan serbuk sarinya maka kita tunggu sampai mendapatkan cukup panas”, kami bertiga emak, aku dan adikku manggut-manggut saja. Sudah berapa lama kehilangan saat-saat seperti ini. Selanjutnya kami habiskan waktu dengan duduk2 di pinggir kali sambil menunggu emak dan bapak selesai bekerja. Aku pengen juga turun, tapi begitulah bapak, selalu kata-kata yang sama “wis .. rausah .. pulang saja”.

Lagi enak-enak nulis, loh.. suara gemericik air ini kok ada di dalam ruangan ya..?? waduhhh… ruang tengah sudah kerendem air. .banjirrr banjiirrr…

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home