Wednesday, August 09, 2006

di bus yang membawaku pulang

Sore itu dari rumah sakit. Ups.. agak malem ding. Nengok temen yang baru lahiran. Walaupun cuman sempet sebentar saja ngobrol karena keburu diusir bu juru rawat, tapi nggak papa.. asal sudah tahu semua baik-baik saja. Semoga cepet sembuh ya bu.. dari sakit karena cesar, juga sakit-sakit yang lain, dan sikecil.. semoga menjadi penyejuk keluarga, tiang bagi agama dan bangsa.. cowo leo.. suppose to be strong, right ?. heleh kok jadi percaya perbintangan.

Waktu itu terlalu PD, baru pertama kali naik angkot jurusan itu eh begitu santainya baca2 majalah, tahu-tahu terminal sudah terlewat, walahhh pak supir ini ada-ada saja, wong nggak mampir terminal kok nggak bilang2 dulu. Akhirnya saya turun saja di tepi jalan yang sepi, daripada tambah jauh tho nyasarnya… rupanya pak supir agak heran juga “lho .. turun sini mbak ?”. yah sudah lah pak, biarlah perpisahan kita ini berlalu dengan seuntai senyum bukan sederetan omelan yang nantinya juga tinggal omelan sambil lalu, wong ngomel atau tidak konsekwensinya sama juga, tetep masih harus berjalan sekian ratus meter lagi. Ah lebih baik dikenang senyumnya walaupun tidak terlalu manis daripada sumpah serapahnya.. kemungkinan nggak ketamu lagi je..

Alhamdulillah.. sampai juga di bus yang akan membawa pulang. Untung tubuh ini tidak terlalu cengeng saja, hawong habis ini harus menyelesaikan pekerjaan yang tertunda tho. Tidak seberapa lama ada laki-laki dan perempuan berdiri didepan, mungkin usianya tidak terpaut jauh dengan saya.. masnya menggendong bocah 3 tahunan di bahu kiri dan sebelah kanan menyangkluk tape recorder rakitan yang biasa buat ngamen. Mbaknya menggendong bayi yang mukanya legam terlalu banyak bergelut dengan asap kendaraan. Penampilan mereka agak lusuh, Hati ini kokya sudah kesusu berburuk sangka saja “halah.. menjual kemelasan lagi.. gek pake bawa anak segala”. Sebelum mulai ngamen ternyata si bayi agak rewel, dengan sabar mbaknya kemberikan botol yang isinya bening saja ke sang bayi, sambil sesekali mencuri waktu untuk nyanyi. Melihat iklhasnya membelai dan memandangi bayinya saya cabut kembali praduga “menjual kemelasan” tadi. Tidak mungkin ibu yang begitu iklas dengan keberadaan anak-anaknya punya niat begitu . Sesuai dengan lagunya “tak tega” saya untuk mencueki saja. Toh saya juga menikmati suaranya yang mungkin nggak terlalu jauh dibandingkan dengan penyanyi2 kontes dangdut di TV itu, ditambah goyang-goyang sedikit.

Ah.. sekali lagi saya merasa beruntung dan bersyukur dengan keluasan-keluasan yang diberikan olehNya. Tidak menutup kemungkinan mbaknya juga akan bersyukur dan lebih beruntung dari saya.. setidaknya dia hidup dengan keluarga dikota yang menyimpan begitu banyak kekejaman ini.

2 Comments:

At 7:15 AM , Blogger Dianekawhy said...

Manis sekali ya .. kalo kita bisa ngambil hikmah dibalik apa yang kita lihat. Gak ada pikiran ruwet. Yang ada plong ..plong :)

 
At 10:15 PM , Anonymous Anonymous said...

Very cool design! Useful information. Go on! liposuction ct Latinos cumshots distance education in the uk Big dick male Whitch backstreetboys gay Baby bingo baby shower game Pilates spa Tramadol tramdol line high dose valtrex side effects Chloe anal Henta anal cats anal sac Cisco icmnam product training rhinoplasty to the stars cary teeth whitening Freak kitchen Images rhinoplasty

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home