Wednesday, April 11, 2007

Thank you for standing there

Kepalanya tertunduk dalaamm sekali. Ya Alloh, selesai aku ucapkan salam di akhir sholatku dan kulihat maklukmu yang satu ini di depanku, sedang tertunduk, memohon untuk diperkenankan sowan di sisa-sisa waktu ini. Melihatnya, rasanya tidak ada hak aku mengeluh, rasanya tidak ada pantas-pantasnya hambamu ini teruuss dan terusss sambat. Mungkin Kau sengaja mengirimnya berdiri di depanku untuk menghentikan sambatku yang terus saja berisi “mengapa?”. Seriiing sekali hambaMu ini merasa menanggung beban terberat sedunia. seperti tidak ada yang melebihi...

Di punggung yang sedikit melengkung itu terletak beban yang masyaAlloh jauuuhhh dibanding yang sekarang hampir membuat hambaMu ini menangis. Kayu, yah.. aku dengar punggung itu melengkung karena dulu sempat panggul kayu di pelabuhan. Tapi hambaMu yang itu tetap tegar, dan aku tidak tahu sampai kapan. Yang aku tahu, aku sekarang harus tegar, salah satunya agar ketegaran beliau tidak pupus. Yah.. dialah atasanku, managerku yang setiap hari menerima keluhan, menerima komplain tidak hanya dari aku tapi dari semua anakbuahnya. Dan sekaligus juga menerima tekanan dari atasannya.

Monday, April 02, 2007

pembelajaran

Dalam hidup ini kalo dipikir-pikir kita ini seharusnya seperti spon. Yang sanggup menyerap sebanyak mungkin yang ada di sekeliling kita. Asal yang baik-baik saja yang diserap. Jangan yang jelek-jelek. Seperti kata seorang teman “dari yang paling jelek pun, kita bisa mendapatkan sesuatu”. Jangan menjadi orang sombong kata beliau, karena orang yang sombong tidak akan pernah mendapatkan tambahan apapun, karena memang dia tidak mau menerima apapun. Tapi ya memang benar, dengan konsep-nya itu terbukti, bapak yang satu ini luar biasa kemampuan belajarnya (kebetulan beliau adalah seorang programmer).

Saya alami juga akhir-akhir ini. Dengan duduk berdampingan dengan seorang programmer yang satu ini, ada nilai tambah yang mencolok yang saya rasakan. Kebetulan yang satu ini jenis yang agak unik. Kok ada programmer yang serapi ini. Mulai kerja sequence yang dijalani hampir selalu runut, duduk, pakai kacamata, pakai earphone trus meletakkan tangan di keyboard and go. Begitu pulang, ditinggalkan meja sudah sedemikian bersih dan rapi. Nggak ada yang namanya kertas berserakan. Bertolak belakang banget sama saya. Tapi kok ya lama kelamaan saya jadi sungkan sendiri ya. Lhawong mejanya bersebelahan je, kelihatan banget. Masak yang cewek lebih berantakan ?? rumus darimana itu… akhirnya meninggalkan kantor kemaren saya dapati meja saya sudah sedemikian “mening” (kata orang jawa bagian kediri). Hawong kabel2 sudah saya untel-untel dan disembunyikan dibawah meja hehe tapi nggak papa, namanya juga langkah awal. Eh.. ternyata tidak berhenti disitu, sekarang kok jadi agak lumayan kebiasaan, melihat apa yang jatuh tangan sudah nggreweli saja (apalagi kalau HP atau uang 50 rban kali ya). Datang capek-capek dari luar kota kok ya sempat-sempatnya merapihkan kamar. Kumpulan buku-buku yang terbiasa berdiri ndoyong-ndoyong dibawah meja dengan tumbukan kertas-kertas diatasnya, sekarang berdiri tegak-tegak dengan rapih. Whehehehe… ngedap-edapi.