Friday, December 28, 2007

Anak mbetik itu

Di kampungku ada anak yang mengalami disfungsionality indera. Telinganya tuli penuh sepertinya sehingga dia juga bisu penuh. Aku ingat anak ini sebagai teman bermain si Gagas. Gagas yang aku anggap sudah ngadubilah agresipnya itu masih kalah ‘mbetik’ atau ‘mbeling’ sama anak ini diingatanku. Tanpa ba bi bu dia akan tidak sungkan merebut mainan temannya. Atau dia akan menjerit-jerit manakala temannya yang main dirumah dia diseret pulang sama orang tuanya karena sudah sore dan waktunya mandi.

Liburan kemarin aku tahu anak ini sudah sekolah, di SLB daerahku tentunya. Kok tidak seperti biasa pikirku. Kebiasaan di daerahku, anak cacat tidak disekolahkan, kok anak yang cacat, wong yang ndak cacat saja sekolahnya cuman secukupnya saja kok. Biasanya para orang tua akan menebus dosa dengan meramaikan acara sunatan atau kawinan anak ini dengan gede-gedean menanggap orkes dangdut atau campur sari. Balik ke anak ini tadi. Ternyata karena dia ngeyel banget minta disekolahkan akhirnya orang tuanya yang nggak sanggup menandingi kengeyelan anaknya, yang cuman buruh bangunan di desa kami yang jarang-jarang ada orang membangun atau sekedar memperbaiki rumah atau buruh tani kalau pas ada pekerjaan di sawah, terpaksa juga menyekolahkan anaknya ini.

Setiap pagi, dia akan bersepeda pergi ke sekolah, diikuti emaknya dari belakang. Setiap kali ada tikungan, jauh sebelum belok, dia sudah ribut membunyikan bel dari suara seadanya mulutnya sendiri. Akhirnya emaknya sudah tidak perlu membunyikan bel sepeda lagi. Mungkin dia tidak percaya dengan bunyi bel sepeda karena memang dia belum pernah mendengar itu benar-benar bisa berbunyi. Aku dengar dia murid paling aktiv di sekolahnya, prestasinya lumayan katanya.

Kasihankah aku kepadanya ? tanya seorang teman suatu kali. Aku bilang tidak. Dia bahkan lebih hidup dari anak-anak lain di desaku, atau bahkan lebih hidup dari kita-kita yang kebanyakan tidak tahu tujuan hidup. Yang kebanyakan hanya mengeluh atas kekurangan, yang kebanyakan hanya protes atas ketidak nyamanan yang ada dan bahkan berputus asa atas nikmatNya.

Thursday, December 27, 2007

Feeling hmm

Apa yang anda rasakan jika sepertinya orang -orang lama, orang-orang yang bersliweran disekitar anda di masa lalu tiba-tiba saja kok seperti berglibetan disekitar anda lagi. Itulah yang saya rasakan akhir-akhir ini. Mulai dari 3 hari yang lalu, ketemuan sama temen-temen sekolah, kebetulan pas saya dateng ke kota mereka kok mereka pas available nemenin saya sekedar bernostalgila di kota itu. Kemudian pas pulangnya tiba-tiba di SMS temen sekolah lagi untuk diajak ketemuan di rumah temen sekolah yang lain. Keesokan harinya, jadilah ada acara nostalgia lagi.
Besoknya pagi2 balik ke jakarta setelah sebelumnya bersepedamotor kurang lebih 2,5 jam. Sampai jakarta sudah legrek jaya dan terkapar. Sepanjang hari sampai pagi lagi tidur, bangun-bangun cuman untuk sholat dan terbangun karena suara SMS. Eh.. kokya sepanjang tidur itu yang muncul di mimpi orang-orang lama semua. Dan sepanjang hari SMS yang datang dari teman-teman lama yang tidak terduga. Bahkan ada yang hanya say 'Hi, gimana kabar kamu' sudah nggak dilanjut lagi.
Seorang temen spontan bilang "jangan mati dulu mbak" setelah saya cerita fenomena ini. Ah .. mati itu kan sudah ada yang ngatur, yang jelas jaya merasa hangaaat seharian itu. eh.. lagu-lagu di radio kokya yang tampil lagu-lagu lama.. tambah hangaaatt gitu.

Monday, December 17, 2007

Aku pengen bener2 puasa

Senin ini, saya mulai puasa lagi. Mendekati hari raya kurban yang pada hari itu saya akan pulang kampung. Wahh suatu event yang menyenangkan.. always. Setelah sebelumnya saya meng-excuse diri untuk boleh tidak puasa karena terlalu capek lah, kurang tidur lah, tidak mau jadi sakit karena bisa berabe lah.. pokoknya teori pembenaran lah. Kali ini saya pengen bener2 puasa, as always juga.
Eh.. sudah niat puasa itu kokya godaanya selalu ada. Temen satu project pagi ini kokya nggak sari-sarinya bawa pie nanas yang kelihatan lezat bgt dan dibagikan gratis. Nggak sari-sarinya karena memang ultahnya cuman setahun sekali tho.. temen satu lagi, yang sama-sama puasa juga sudah nggegeri buat nyimpen satu potong. Saya bilang ‘saya lagi puasa’ dia bilang ‘iya.. disimpen buat buka’. Saya bilang ‘iya .. tapi saya mau puasa’. Mungkin teman saya bingung jawaban kok mbulet gitu. Tapi saya memang mau benar-benar puasa, menahan hawa nafsu terhadap makanan itu.
Dulu .. saya dan keluarga hidup dalam kesederhanaan. Bisa dibilang tidak berkecukupan sekali waktu. Mungkin gara-gara itu ada sedikit dendam dalam diri saya. Dengan tidak langsung saya berjanji untuk bisa menjotak yang namanya uang dan makanan suatu saat. Bahwa saya bisa tidak ngongso untuk ngajab dua hal itu, bahwa saya bisa memandang sambil lalu dua hal itu dan mereka akan datang sendiri pada saya karena merasa dicuekin. Mungkin itu juga dasarnya, kenapa saya pengen bener-bener pengen puasa hari ini.