Wednesday, August 23, 2006

kenapa harus “goblog”

“bicara sama orang-orang goblog itu susah mbak, jadi ya maklum aja”

weis… untung nggak ditujukan ke saya, dengernya saja sudah miris hi hi hi.

Waktu itu saya lagi kumpul2 sama adik dan adik-adik sepupu, jarang kumpul2 begini mengingat kami sudah pada nyebar. Kebetulan jadi cucu tertua, jadi nggak mungkin ada mbak atau mas. Sebenarnya kami sebaya saja, paling selisih 2 sampe 3 tahunan antar angkatan. Adik sepupu yang cowok sangat jahil, musuhaan terus sama adik ceweknya. Dia bilang “woo.. cah kok guoblog”.. rupanya adik-nya protes “orang ini gimana tho, katanya dulu gak boleh bilang goblog, kalo bilang goblog sekali berarti berkurang pinternya satu” lalu saya nyahutin “hi hi hi analogi yang aneh, dapet dari mana analogi kayak gitu”, “lhawong myok sendiri tuh yang bilang, kok trus lupa sendiri”. Trus saya ganti tanya ke masnya itu “lha sampean itu dapet analogi dari mana ?” “lho.. rak sampean sendiri tho dulu yang bilang ke aku”.. saya berhenti tertawa “ah .. masak tho ? njur aku dapet dari mana ya ??” he he adik-adikku tercinta, walaupun sering bertengkar satu sama lain, tetep saja menjunjung kata2 kakak2nya. Walaupun berupa analogi yang aneh begitu.

“goblog” kok ya nggak pantas rasanya keluar dari mulut kita selama kita masih menjadi manusia, selama diatas langit masih ada langit, trus siapa yang berhak atas kata-kata itu ? orang bijak taat pajak eh salah.. nggak nyambung.. orang bijak tidak akan bilang “goblog” karena sama saja menunjuk hidung sendiri.. nuding irunge dewe.

duh gusti Allah, mugi terus paring pepenget, setiap saat .. setiap waktu

sampe sekarang masih penasaran.. dapet dari mana ya analogi itu, dasar tukang ngarang

Wednesday, August 16, 2006

cerita ngempet (menahan diri)

Kompo memberi nilai positif juga, pagi-pagi setelah sholat subuh jadi nggak pernah tidur lagi, nggak tau nih, otak ini kalau dipake menyimak sesuatu kok tubuh ini jadi nggak bisa tidur, benar2 nggak multitasking. Tapi keuntungan juga sih. Bukankah kalau ndak salah akan lebih banyak rejeki kalau setelah sholat subuh ndak tidur. Diantaranya bisa menikmati udara segar Jakarta yang hanya berlangsung beberapa jam saja itu.

Dari kompo ada seruan target hari ini, diantaranya menahan diri dari segala sesuatu yang berbentuk gibah (rasan-rasan), diingat2 beberapa hari terakhir kalau dipetani bener-bener itulah yang sering dikerjakan… wow.. diingatkan nih. Eh pas sarapan, muter TV acara infotinment semua, tidak semua yang ditayangkan gibah sih, tapi kalau tiba-tiba ada yang kayak gitu waaa.. tertarik juga nyimaknya kan, sekali ini dicoba untuk menghindar. cuman ada 2 chanel yang nggak, isinya kartun.. jadinya ya pilih yang itu deh. Blue clues, apa yang menarik dari acara ini…host-nya sering sekali bertanya begini “kalian melihat sesuatu ? dimana ? “ sambil tolah toleh, kata seoran temen “woo.. orang kok bodo timen, bertanya sudah dijawab dari tadi tolah-toleh nggak ketemu juga..”. lha yang bodo itu ya siapaa ? .

Selesai semua, berangkatlah ke kantor, perut rasa nggak enak sekali, salah sendiri, nggak sari-sarinya sarapan eh hari ini sarapan, pake minum kopi instant lagi, wong udah nggak pernah lagi minum kopi pake coba-coba lagi. Ketemu orang pertama, mulut ini kokya sudah mau buka bicara saja ..eit eit.. kok menuju ke gibah.. gak jadi.. direm.. direm.. makin kesana disibukkan sama kerjaan (he he sok sibuk critane) mengalir, terlena kerja sambil ngobrol2, ketawa2.. loh nggak terasa yang barusan dibicarakan gibah .. yaampuuunnn.. mulut ini kok ternyata hobi bgt lho. Tapi sudah kadung. Ohalah.. kalau dipikir2 lagi, trus waktu nggak direm-rem itu berapa puluh kali ya gibahnya ? masyaAllah…


trying to be better.. insyaAllah (bukan biskuit lho)

Monday, August 14, 2006

tawaran ke surga

Kemaren, waktu ke mall, kebetulan tempat parkir-nya lewat tanjakan yang lumayan tajam, kata yang punya mobil ..”wahhh tinggi banget, kayak mo ke surga aja”, weiks pake perumpamaan kok hiperbol sekali. Jadi inget sebuah lagu, kurang lebih syairnya begini

Dimana letak surga itu
Biar kugantikan, tempatmu denganku

Weleh… lhakok lucu, wong rela menggantikan saja kok pilih yang enak. Di surga itu apa nggak enak ? dambaan semua orang tho itu.. nggak semua ding, paling yang kenal konsep surga dan neraka. Lagian iya kalo orangnya di surga, PD bgt tho ??. Bukan maksudnya jelek lho, saya justru sangat suka penyanyi satu ini kaena totalitasnya dalam menyanyi. Dan mungkin syairnya akan jadi lebih indah kalo ada kata2 surga daripada neraka. Cuman sedikit tergelitik saja untuk berangan2.

Trus angan-angan berkembang lagi. Seandainya .. ini mengabaikan so’al mungkin atau ndak mungkin, sementara kita asumsikan bahwa ini mungkin-mungkin saja. Seandainya .. ada yang menawarkan “gantiin aku di surga dong”, hayooo kita berani nggak ya kira2 ? dari beberapa pembicaraan ringan, waktu aku utarakan kemungkinan ini, hampir semua orang pada mesam-mesem tidak penuh arti. Kayak mesam-mesem yang “daripada tidak” begitu lah. Apa artinya ini ? halah saya juga nggak tau, tanyakan kepada yang mesem deh.

benar2 iklaskah kita bahwa semua bukan milik kita ? atau kita masih saja takut sama jarum suntik walaupun dalam posisi tahu banget setelahnya akan membaik ? atau kita tidak percara sama dokternya.. gek habis disuntik trus bengkak!!

Saturday, August 12, 2006

jalan2 di akhir minggu

Ow God.. what have I done. Rencana mo datang ke kajian sekalian ke nikahan temen yang kebetulan satu jalur. Karena urusan kantor.. ok acara kajian diurungkan. Sudah rapi2, pake baju lumayan gemerlap bagiku he he he so’alnya nggak sari-sarinya pake baju se-nggaknyaman itu. Ah tinggal menyesuaikan saja, lama2 juga terbiasa kan ? hanya so’al gaya hidup. Rencana habis pertemuan di kantor langsung cabut. Eh meeting di kantor molor, kalaupun nekad berangkat aku bisa ketinggalan acara 1 jam, bisa dibayangkan sudah kukutan semua. sorry kawan, kali ini aku nggak bisa hadir… do’aku untukmu, semoga bertambah keberkahan dalam menjalani kehidupan yang baru, dikaruniai keluarga yang penuh cinta dan anak cucu yang menyejukkan mata dunia. Jadinya aku yang malu sendiri, sudah rapi2 ternyata nggak jadi, kata temen, yaudah bawa muter2 dulu biar nggak sia2 pake bajunya he he he. Sangat disesalkan kenapa akhir2 ini rencana akhir minggu selalu saja gagal.. harus ditetapkan lagi hati ini.

Siang ikut muter2 cari alat elektronik buat kantor mengingat beberapa sparepart computer sudah harus diganti dan ada juga yang harus ditambah. Nggak sari-sarinya juga ikut muter2, kegiatan yang paling men-capekkan dalam hidup. Tapi ya dipaksain saja, dalam rangka melatih gaya hidup, masak hidup dikota yang sebegini besar masih harus pusing menghadapi keramaian mall, yang memalukan lagi selalu kesasar nggak bisa keluar, nggak lucu. Kemaren janjian sama adik (cowo) ketemu di mall malah dia yang kuatir aku kesasar, hasilnya aku disuruh diam saja disatu tempat dan dia yang nyamperin. Padahal yang punya daerah kan aku. Justru dia yang baru sekali ke mall itu bahkan baru datang dari daerah ..ihhhh meremehkan.

Setelah dapet semua yang diperlukan, kita mampir ke electronic city, ternyata letaknya didalam mall yang cukup gedhe .. waduh terulang lagi deh, nggak siap samasekali, pake kaos oblong jeans dan sandal jepit. Kalau muka-muka pucat pake asesoris kayak gitu sih PD2 aja, lah ini muka dah berwarna warni, ahh pd aj kali.

Dapet juga kompo, dilengkapi MP3 CD player dan bisa nyicil lagi… asik, it will change my life, nggak perlu lagi begadang sampek malem di depan TV untuk cari hiburan trus akhirnya pagi2 gak bisa bangun. Nggak jadi deh HP plus fitur MP3 and radio, cukup dengan compo. Lagian si kuning sudah baikan lagi, diancam mo digantikan HP baru langsung shock dan sembuh he he he. Lagian nggak tega juga kalau di bus atau pas nganggur atau pas apa saja dengerin musik pake headphone. Tidak bisa berinteraksi dengan orang, ahh.. takutnya malah jadi anti social. Bukan berarti jelek, tapi bagiku lebih menyenangkan bisa ngobrol sama orang. Tapi susah juga kalau disekitar kita pasang muka ditekuk dan berkesan tidak mau diganggu, yaa.. cuman bisa tolah-toleh kalau kaya gitu.. at least bukan aku yang menutup diri. Sekarang terdengar alunan musik jazz dari compo itu, nggak bayangin juga suka musik jenis ini, tapi ternyata asik.

Friday, August 11, 2006

Mendongkol di tempat kerja

Kerap kali saya kesal, kebanyakan terjadi di lingkungan kerja. Dimana kita berinteraksi dengan begitu banyak tipe orang. Dulu saya ingat pernah mengalami, sebenarnya sampai sekarang, tapi yang saya anggap klimaks adalah pengalaman yang dulu itu. Pertanyaan2 seperti ini sering menghiasi benak sekaligus curhat-curhatku ke seorang teman.

“Gimana tho orang ini, ngambil kebijakan kok ndak mikir ?”
“sebenernya yang bodo itu siapa tho… aku atau dia ?”
“seenaknya saja menilai kerja orang jelek, coba kalau dia kerjain sendiri”

apalagi kalau protes-protes itu ditujukan ke atasan, wah bisa tambah ndongkol saja, so’alnya kebanyakan ndak bisa protes kalau sudah ke atasan. Sampai hari ini, masih sering dan semakin hari semakin sering kayaknya saya temui kalimat-kalimat senada menghiasi status teman-teman di messenger-nya.

Satu kali, setelah saya curhat kepada seorang teman, yah kurang lebih curhatnya seputaran pertanyaan2 diatas itu, jawaban dari teman ini yang lalu mendongkrak cara pikir saya, dan sampai sekarang, kalau mengalaminya saya selalu ingat pernyataan itu. Kurang lebih begini “sabar tho.. siapa tahu justru kitalah si katak dalam tempurung itu”.. ups.. bener juga. Bisa jadi itu menjadi pertanyan karena memang ilmu saya yang belum nyampe. Betapa ruginya .. sudah terlanjur membebani hati ehh ternyata karena ketidak tahuan saya. Ada beberapa hal yang harus saya ingat2. Berhenti berfikir bahwa kitalah sentral dari kehidupan. Tanyakan sesuatu yang tidak masuk akal dibenak kita selayaknya bertanya karena kita tidak tahu, boleh jadi memang karena kita tidak tahu. Bertanya sambil mencibir bukan bertanya namanya, tapi mendefinisikan.. yakin deh semua jawaban dari lawan bicara tidak akan masuk telinga setelahnya. Jadi ingat perkataan seorang teman kerja “saya ndak suka nada bertanya kamu yang itu” weis… makasih teman, akan saya ingat selalu untuk tidak mengulanginya..

Thursday, August 10, 2006

Tujuhbelasan

Sang merah putih, sudah waktunya dikibarkan lagi.. tidak terasa sudah setahun lagi, dan sudah 2 tahun sejak aku beli di tukang keliling waktu pertama menginjakkan kaki di ibukota ini. Tiangnya pun bahkan sudah beralih fungsi jadi tiang antena TV. Terakhir baru tau juga bendera sudah raib entah dimana pas pindahan kemaren.

Pagi ini, bisa tersenyum lagi melihat sang merah putih berkibar setelah sebelumnya eyel-eyelan tawar-menawar sama pak tukan bendera keliling yang kelihatan kesakitan memegangi perutnya. Saya tanya “lagi sakit ya pak ?” katanya.. “ndak bu.. biasa kadang sesek nafas begini”, ohalah wong cilik… hawong sesak sampek pringisan dan peluh bercucuran begitu kok masih ngeyel bilang ndak papa. Semoga cepet sembuh ya pak. .dan laris dagangannya.

Masih teringat, dulu tanggal 17 adalah hari yang sakral dan tidak boleh terlewat. Guru PPKN ternyata sangat sukses dalam mendoktrin otakku waktu itu, sampai-sampai menolak didaulat nari di kabupaten karena nggak mau melewatkan upacara 17 an. Seperti bakalan kuwalat saja kalau melewatkan upacara itu. Hari-hari terakhir ini.. tanggal 17 kelihatan sangat menyenangkan di warnanya saja.. merah, tandanya kita bisa libur bekerja. Apalagi kalau ada tanggal kejepit-nya whaaa bisa libur panjang. Sangat kontras kalau diingat-ingat lagi bagaimana kita dulu menuju ke tanggal 17 itu.. penuh semangat, penuh keyakinan, penuh tekad untuk berjuang. Sekarang .. penuh tekad untuk meliburkan diri.. apakah kita sudah sebegitu lelahnya ? apa yang sudah kita hasilkan sehingga menjadi sebegitu lelah ? untuk kita ? untuk lingkungan kita ? untuk sesama manusia ? untuk negara mungkin ? what ????

Wednesday, August 09, 2006

di bus yang membawaku pulang

Sore itu dari rumah sakit. Ups.. agak malem ding. Nengok temen yang baru lahiran. Walaupun cuman sempet sebentar saja ngobrol karena keburu diusir bu juru rawat, tapi nggak papa.. asal sudah tahu semua baik-baik saja. Semoga cepet sembuh ya bu.. dari sakit karena cesar, juga sakit-sakit yang lain, dan sikecil.. semoga menjadi penyejuk keluarga, tiang bagi agama dan bangsa.. cowo leo.. suppose to be strong, right ?. heleh kok jadi percaya perbintangan.

Waktu itu terlalu PD, baru pertama kali naik angkot jurusan itu eh begitu santainya baca2 majalah, tahu-tahu terminal sudah terlewat, walahhh pak supir ini ada-ada saja, wong nggak mampir terminal kok nggak bilang2 dulu. Akhirnya saya turun saja di tepi jalan yang sepi, daripada tambah jauh tho nyasarnya… rupanya pak supir agak heran juga “lho .. turun sini mbak ?”. yah sudah lah pak, biarlah perpisahan kita ini berlalu dengan seuntai senyum bukan sederetan omelan yang nantinya juga tinggal omelan sambil lalu, wong ngomel atau tidak konsekwensinya sama juga, tetep masih harus berjalan sekian ratus meter lagi. Ah lebih baik dikenang senyumnya walaupun tidak terlalu manis daripada sumpah serapahnya.. kemungkinan nggak ketamu lagi je..

Alhamdulillah.. sampai juga di bus yang akan membawa pulang. Untung tubuh ini tidak terlalu cengeng saja, hawong habis ini harus menyelesaikan pekerjaan yang tertunda tho. Tidak seberapa lama ada laki-laki dan perempuan berdiri didepan, mungkin usianya tidak terpaut jauh dengan saya.. masnya menggendong bocah 3 tahunan di bahu kiri dan sebelah kanan menyangkluk tape recorder rakitan yang biasa buat ngamen. Mbaknya menggendong bayi yang mukanya legam terlalu banyak bergelut dengan asap kendaraan. Penampilan mereka agak lusuh, Hati ini kokya sudah kesusu berburuk sangka saja “halah.. menjual kemelasan lagi.. gek pake bawa anak segala”. Sebelum mulai ngamen ternyata si bayi agak rewel, dengan sabar mbaknya kemberikan botol yang isinya bening saja ke sang bayi, sambil sesekali mencuri waktu untuk nyanyi. Melihat iklhasnya membelai dan memandangi bayinya saya cabut kembali praduga “menjual kemelasan” tadi. Tidak mungkin ibu yang begitu iklas dengan keberadaan anak-anaknya punya niat begitu . Sesuai dengan lagunya “tak tega” saya untuk mencueki saja. Toh saya juga menikmati suaranya yang mungkin nggak terlalu jauh dibandingkan dengan penyanyi2 kontes dangdut di TV itu, ditambah goyang-goyang sedikit.

Ah.. sekali lagi saya merasa beruntung dan bersyukur dengan keluasan-keluasan yang diberikan olehNya. Tidak menutup kemungkinan mbaknya juga akan bersyukur dan lebih beruntung dari saya.. setidaknya dia hidup dengan keluarga dikota yang menyimpan begitu banyak kekejaman ini.